Starbursting, Love Your Problems and Questival Kemerdekaan

By i k k a r f - Agustus 15, 2023

Masalah sudah diidentifikasi, lalu apakah masalah saya sama dengan team. Jurnal ini akan menceritakan bagaimana team kami merumuskan masalah kita (team) dengan menggunakan metode starbursting. Apakah itu?


Alhamdulillah, Allah menggerakkan 3 hati teman bertumbuh kepada saya sehingga terbentuklah sebuah tim yang luar biasa ini. Ketiganya punya latar belakang masalah berbeda-beda, namun kita punya 1 masalah yang sama untuk menjadi jembatan kami. Berikut lika-liku ceritanya.

Awal cerita saya memberanikan diri untuk minta ijin ke ketua HIMA IP Jember Raya (IPJR) untuk saya kampanye ingin membentuk grup di WhatsApp Grup. Pertama yang tertarik japri saya adalah mbak Eka, masih berada di IPJR namun domisili sekarang ada di Madura. Saat ini sedang belajar di jenjang perkuliahan bunda sayang.

Deathline pengumpulan jurnal sudah selesai, tidak apa meski cuma 1 orang saja anggotanya sudah jadi syarat berdirinya satu team. Eh, nggak lama ada lagi yang mau bergabung namanya mbak Novi. Sama-sama domisili di Jember dan beliau mau mengambil peran sebagai pemateri. Setelah kenalan lebih dalam kita sama-sama ada kesamaan belajar di guru yang sama.

Pekan menjurnal dengan Buddy ke 2, ada mbak Eva ketua HIMA IPJR bersedia bergabung ke team kami. Akhirnya terbentuklah kami ber-4 menjadi satu team. Masing-masing punya skill yang berbeda-beda sehingga memperkaya team ini untuk bertumbuh kedepannya. Aamiin.

Setelah diselami dinamika diskusi team kami dalam beberapa minggu terakhir ini, kami semua nyaman melakukan diskusi secara live di sekitaran jam 9 sampai 11 WIB daripada diskusi melalui chat grup di WhatsApp. Meskipun jadwal kami ada beberapa yang bentrok, kami berusaha cari platform social media yang mudah diakses oleh teman-teman yang belum bisa hadir.





Akar masalah saya yang tidak percaya diri, sedikit banyak jadi tantangan baru bagi saya belajar menjadi team Leader. Overthinking sebab pengalaman baru menjadi Leader sudah pasti hadir di benak saya. Bukan hal yang baru bagi saya jika pikiran sudah rungsing, saya ambil jeda. Biasanya di hari Sabtu dan Minggu saya off dulu dari grup, untuk selftalk.

Ingat lagi pelajaran dari guru saya, bukankah berubah itu mengubah. Bagaimana jika saya larut dalam pikiran negatif saya sendiri begitu capek, padahal pikiran itu belum tentu benar. Akhirnya saya rubah mindset, daripada membesarkan perasaan takut akan ditinggalkan team mengapa tidak saya besarkan pikiran untuk “memberi”.

Saya perbaiki lagi niat, lakukan ikhtiar ini untuk ibadah kepada Allah yaitu sharing ilmu dan pengalaman kepada orang lain. Ada yang datang dan pergi itu bukan kuasa kita, niat beri manfaat aja terus. Jika mindset dan niat saya bener, InsyaAllah Allah jaga juga niat saya dan hati team saya. Aamiin.

Sambil meraba-raba jadwal materi dari bunda salihah, sharing team dengan kehidupan pribadi sungguh jadi tantangan ke-2 yang hadir. Pekan pertama kami merumuskan masalah kita tanpa mbak Novi, karena beliau ada kepentingan di jam diskusi pagi. Pekan kedua ini kami lakukan zoom lagi dan merubah masalah kita sebelumnya, Alhamdulillah zoom kali ini hadir semua.


Akhirnya setelah diskusi dan kesepakatan bersama, kami merumuskan akar masalah kita adalah “ketidakmampuan individu untuk mendengarkan dirinya sendiri”. Setelah itu kami rumuskan pertanyaan dengan menggunakan starbursting. Apa itu?

Starbursting adalah bentuk brainstorming yang berfokus pada merancang pertanyaan daripada jawaban. Dimulai dengan What, When, Who, Where, Why dan How (5W1H). Dalam Sustainable Development Goals, team kami masuk ke bidang “Good Health and Well-being” atau kehidupan sehat dan sejahtera. Kami akan berbagi ilmu dan pengalaman bagaimana seorang individu itu sehat secara berkelanjutan (sustain health), tidak hanya sehat secara fisik namun juga batinnya juga harus sehat (holistik).

Sebelum merumuskan masalah ini, Qadarullah ada 1 orang yang tidak hadir ketika diskusi. Awal masalah yang kita ambil (hanya dihadiri 3 orang) adalah Ketidak mampuan perempuan mengelola emosi. Semua anggota team sudah memberikan beberapa pertanyaan dan jawaban dari 5W1H yang sudah kami rumuskan bersama.

Namun, setelah banyak pertimbangan akhirnya kami ber-4 sepakat untuk mengganti masalah kita merujuk kepada seni mengenali diri. Diskusi selanjutnya akan kami agendakan minggu depan, sebab waktu yang disepakati semua anggota bisa hadir di hari tersebut. Kami juga sepakat untuk melakukan diskusi secara live seminggu sekali daripada diskusi melalui chat grup di Whatsapp.

Questival Kemerdekaan


Bismillah team kami ikutan Questival Kemerdekaan, lumayan bingung karena pertama kali dan kebetulan bersamaan dengan agenda kerjaan ranah publik yang bejibun di minggu ini. 


Questival kemerdekaan ada 3 tantangan selama 3 hari berturut-turut. Hari pertama tantangannya buat twibon dan pakai filter di social media instagram maupun facebook.

Tugas muncul di jam pagi, kebetulan aku masih sibuk kerja sampai sore. Masih belum bisa buat video, aku bertanya di grup tentang makna merdeka ke team. Setelah itu aku gabung jadi satu narasi. Tinggal take video aja nanti.

Lanjut pulang kerja ikut kelas offline bu Debby, kebetulan beliau mampir main ke Jember. Kira-kira pukul 10 malam aku baru sampai rumah, dengan bekal ngira-ngira sendiri karna tidak mau bertanya.

 Aku punya pemikiran tugas ini harus selesai di hari itu sebelum jam cinderella, karna besok sudah masuk tantangan kedua. Jadi dengan muka lelah, aku berusaha buat video yang sesuai dengan panduan tantangan mantika.


Ternyata ada pencerahan di hari kedua, tugas boleh dikumpulkan sampai jam 7 keesokan harinya. Ketika baca pertanyaan dari teman-teman yang mewakili keresahanku, ternyata boleh ngerjain tugasnya rapel besoknya. Ah tapi lebih baik kumpul tepat waktu, belum tentu kumpul keesokan hari bisa ngerjain. Siapa yang tau kalau masih sibuk kan?!

Hampir sama di tantangan hari pertama, aku nyicil kerjain tugasnya dulu dengan diskusi team di grup. Aku minta saran team, pilih satu pahlawan wanita untuk direview. Aku pikir boleh posting tulisan dan foto saja. Lihat tugas teman yang lain kok buat video.

Di detik terakhir pengumpulan 6.52 wib keesokan harinya aku buat video singkat, kalau-kalau wajib pakai video setidaknya menggugurkan syarat tantangan hari ke-2. Haha! Kacau kali aku 😅

Kenapa kalau sibuk nggak minta bantuan team? Pertama, pekan ini memang masing-masing individu team kami sedang sibuk-sibuknya. Selain itu aku sebagai leader juga masih meraba-raba konsep questival ini seperti apa. Namun, tetap aku share informasi dan ajak diskusi team.


Alhamdulillah, sampai juga di tantangan terakhir di hari ke 3. Di hari pertama kita sudah soft launching nama team kami yaitu Maieutica Indonesia. Di hari ke 3 ini aku berniat mengenalkan wajah team kami ke khalayak umum. Pas banget dengan launchingnya logo dari Maieutica Indonesia. Akhirnya aku buat foto kita ber-4 dalam satu frame serta tak lupa menyematkan logo kami di tengah-tengah foto.

Tantangan ke-3 menyatukan insight yang di dapat dari tulisan bu septi, mbak rektor hamidah, tokoh perempuan masa lalu yang sudah kami pilih, dijadikan satu sesuai dengan tujuan team kami. Sedikit banyak kami sudah menjelaskan apa yang menjadi concern dari team Maieutica Indonesia. 


Selebrasi tantangan selama 3 hari ditutup dengan perbincangan dengan narasumber yang luar biasa. Sehingga memberi semangat kami untuk berjuang maju dari rumah untuk dunia. Insight yang didapat dari perbincangan dengan dr. Davrina, saat ini kita perlu kolaborasi bukan jalanin gerakan itu sendirian. Perlu doa dan ridho Allah untuk dipertemukan dengan team yang sevisi. Satu lagi, kalau ada kritik maka ingat pesannya bukan orangnya.

Salam Merdeka !


#questivalkemerdekaan
#kampusibupembaharu2
#institutibuprofesional
#darirumahuntukdunia
#bersinergijadiinspirasi
#ip4id2023


  • Share:

You Might Also Like

0 Comments