Review Buddy 1

By i k k a r f - Juli 14, 2023

Belajar review jurnal buddy di kelas Bunda Salihah batch 2 kali ini dipasangkan dengan mbak onish. Ternyata setelah mengenal lebih dekat, kami mempunyai ketertarikan yang beririsan di bidang sustainable living.

Cerita berawal ketika hari senin, karena baru pertama kali masuk di kelas Bunda Salihah (Bundsal) aku meraba-raba tantangan apa lagi setelah selesai batas akhir pengumpulan jurnal. Pada tahap ini kita sebagai mahasiswa diharapkan sudah mandiri dan aktif cari tau informasi terbaru.

Selftalk berkata, aku si introvert ditantang untuk belajar bersosialisasi nih. Tidak dipungkiri di kelas Bundsal ini memang kita sebagai mahasiswa diharapkan kedepannya punya tim. Sebenarnya sudah diberikan pengalaman membangun tim di kelas sebelumnya yaitu Bunda Produktif (BundPro), tapi rasa-rasanya gagal.

Mari kita mulai lagi belajar komunikasi produktif yang baik dengan orang baru. Permulaan aku bertanya pada satu-satunya teman se-regional yang sama-sama ikut kelas Bunsal batch 2 ini. Dilanjutkan DM facebook teman seperjuangan yang baik hati beri aku link zoom materi pertama.

Jujur sedikit takut tertinggal karena ketidak-tauan informasi terkait link zoom kemarin. Jangan-jangan aku ketinggalan informasi lagi. Eh ternyata memang informasi tugas barunya tidak di hari senin siang hehe. Setalah mengidentifikasi masalah diri sendiri, tugas berikutnya review masalah buddy.

Aku runut satu persatu namaku di tabel buddy, setelah ketemu ternyata buddy pertamaku adalah mbak onish. Namanya tidak asing buatku, setelah diingat-ingat mbak onish dulu pernah mampir ke kelas zoom yang aku adakan sebagai tugas perkuliahan. Entah apakah di kelas bundcek atau bundpro, aku ingat karena mbak onish pada saat itu ikutan bertanya dan sharing.

Setelah tau kontak buddyku, karena sudah malam rencananya besok baru aku hubungi mbak onish. Awalnya kami canggung, tapi setelah bercerita satu sama lain ternyata ada kesamaan interest diantara kami berdua yaitu sustainable living.


Aku coba dalami jurnal identifikasi masalah mbak onish, yang aku tangkap ada banyak keresahan dan masalah yang mbak onish alami. Hal ini baik, karena mbak onish sudah mengenal diri. Sebab ada juga orang yang tidak tau masalah apa yang menjadi keresahannya. Belajar mengenal diri dimulai dengan mengidentifikasi masalah itu sudah merupakan hal baik bagi mbak onish. 

Menurutku langkah pertama menjadi manusia yang bermanfaat adalah dengan mengal diri sendiri, tau akan tujuan hidupnya sehingga tidak akan goyah dengan rintangan apapun yang ada di depan kita. Mbak onish sudah tau apa yang membuatnya resah dan ingin jadi pribadi yang bermanfaat di bidang tersebut.


Namun, setelah dibaca-baca kembali jurnalnya masih terlalu umum masalah yang ditulis mbak onish. Jika permasalahannya terlalu umum akan membuat mbak onish bingung nanti kedepannya. Kalau boleh saran masalah yang banyak itu pilih satu atau dua yang akan jadi fokus mbak onish.

Jika masalah yang diambil sudah fokus dan mengerucut, insyaAllah kedepannya mudah untuk break down satu persatu solusi yang akan diambil bersama tim-nya nanti. Alhamdulillah mbak onish juga setuju dengan saranku, sudah ada pembaharuan identifikasi masalah yang lebih spesifik.


Ada satu yang menarik dari banyaknya masalah yang mbak onish tuliskan di jurnal yaitu zero waste living. Sesuai dengan cerita mbak onish yang saat ini kesibukannya membuat green Lab sepertinya fokus masalah yang diambil bisa tentang hal tersebut. Keresahan yang dialami pebisnis di bidang sustainable living memang hampir sama, hal ini semoga mbak onish akan menemukan solusinya dikemudian hari. Hamasah!

  • Share:

You Might Also Like

0 Comments