Ada anggapan, ibu itu tidak boleh sakit! Kenyataannya memang ibu walaupun sakit, akan berusaha sebisa mungkin untuk bisa kasih yang terbaik untuk keluarganya.
Dari 2 akar masalah yang sudah aku tuliskan di blog yang berjudul 101 endosisters stories yaitu perubahan terkait kondisi fisik yang membuat wanita kurang percaya diri dan perempuan selalu dituntut untuk menjadi sempurna dalam berbagai peran, masih banyak perempuan di Indonesia mengalami hal ini.
Tidak jauh-jauh dari permasalahanku sendiri sebagai pejuang endometriosis survivor, yang harus berjibaku dengan rasa nyeri yag mengganggu aktifitas di setiap bulannya mengharuskan ada di posisi galau/serba salah.
Aku yang bekerja di ranah publik, jika merasa nyeri menstruasi di hari aktif mau tidak mau harus ijin tidak masuk. Entah kapan undang-undang mengenai cuti haid bisa terlaksana di negeri tercinta ini? Ada kalanya juga tidak bisa menepati janji yang sudah disepakati karena nyeri akibat menstruasi. Hal ini membuat trauma untuk membuat suatu event atau janji dengan seseorang, padahal aku seorang midwifepreneur.
Di ranah domestikpun ketika prokrastinasi melakukan pekerjaan domestik, dan keluarga terkadang belum bisa jadi timwork yang baik. Berbarengan nyeri menstruasi datang, membuat urusan rumah tangga terbengkalai. Hal inipun membuatku secara tidak sadar merasa bersalah pada keluarga, tidak percaya diri dengan kondisi kesehatanku. Sampai-sampai bertanya kepada Tuhan, kenapa harus aku yang mengalami ini?
Fakta di lapangan
Menurut dr. Asa Ibrahim di reels instagramnya, ternyata kelompok ibu rumah tangga yang paling banyak berobat ke dokter tulang. Mengapa? Karena pekerjaan sebagai ibu rumah tangga ternyata banyak membebani tangan, siku, bahu, punggung, lutut dan kakinya. Sehingga menimbulkan berbagai macam penyakit yang jika dibiarkan saja akan semakin berbahaya.
Ada juga ibu 40 tahun yang mengidap penyakit langka, bu Darsih terpaksa harus bekerja menghidupi anaknya karena suaminya telah meninggal 1 tahun yang lalu. Setiap hari Bu Darsih bekerja sebagai buruh petik daun teh. Benjolan di badan Bu Darsih akan semakin banyak dan membesar jika dipaksakan bekerja, dan kulitnya akan terbakar jika terkena paparan sinar matahari terlalu lama.
Belum lagi kisah para pejuang endometriosis survivor yang beraneka ragam, salah satunya video yang sempat viral karena perempuan tiduran di kereta karena lagi menstruasi terus ditegur dan yang videoin malah nyinyir. Mirisnya yang ngomong gini sesama perempuan juga.
Berikut akan saya buat story boardnya mengenai hal tersebut, silahkan tonton di Channel Youtube-ku.
Maukah kau menjadi bagian dalam Tim ini?
Dari cerita diatas aku tergerak untuk membuat suatu gerakan yang perlu dibantu oleh teman-teman agar menjadi suatu tim yang solid untuk berkembang dan bermanfaat untuk orang banyak. Semoga kedepannya bisa membantu beban seperti Bu Darsih di luar sana yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Bu Darsih.
Untuk itu aku mencari teman-teman yang memiliki keahlian dan antusias seperti yang ada di gambar berikut ini :
Alhamdulillah sudah terkumpul beberapa posisi tim inti, untuk kedepannya jika ingin bergabung sangat boleh mengisi formulir daftar menjadi tim nanti akan masuk ke dalam ekosistem kami. Ada 3 orang yang digerakkan hatinya untuk menjadi team inti ini. Ada mbak Novi yang nantinya akan jadi teman diskusi saya menyusun kurikulum.Ada mbak eka yang bersedia menjadi marketing, tugasnya akan menjadi host atau MC maupun moderator. Sedangkan mbak Eva yang ahli dalam kepenulisan akan menjadi story telling tugasnya jadi team kreatif bagian konten kreator.
Bismillah semoga kami bisa bermanfaat bagi sesama. Selalu teringat salah satu surat di Al-Quran yaitu Al-Insyirah ayat 5-6 yang berbunyi : "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
0 Comments