101 endosisters stories

By i k k a r f - Juli 03, 2023

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS Al-Baqarah: 216).

 

Ini serba-serbi kisahku sebagai endometriosis survivor, kami sebut diri kami endosisters. Arti 101 dalam bahasa gaul biasanya merujuk pada seseorang yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan dalam hal tertentu atau dianggap kurang berpengalaman dalam suatu bidang. Jadi disini aku mencoba cari tau, mengenal diri lebih dalam lewat penyakitku.


Beberapa hari lalu tidak sengaja aku lihat video cerita endosisters Indonesia. Sejak tau ada komunitas ini tanpa pikir panjang aku ikut bergabung. Sedikit banyak cerita para endosisters yang beragam itu seperti suntikan semangat buatku.


Ternyata kisah kita hampir sama, ada yang berjibaku dengan obat-obatan maupun tindakan operasi agar nyeri haid setiap bulan tidak datang lagi, ada juga yang berjuang menjadi pejuang 2 garis, dan lain sebagainya.


Identifikasi Masalah sebagai Endosisters




Inti cerita para endosisters rata-rata hampir sama denganku, nyeri menstruasi yang sampai mengganggu kualitas hidup. Kesamaan kedua lama belum mendapatkan momongan, ada yang baru bertahun-tahun mendapatkan momongan namun ada juga yang tidak menunggu sampai satu tahun sudah diberikan momongan oleh Allah SWT. 


Kalau posisiku sekarang sudah 10 tahun lebih aku menikah, belum diberi kepercayaan oleh Allah SWT untuk positif hamil lagi. Tidak hanya fisik kami saja yang tidak seimbang (imbalance hormone), namun batin kamipun.




Bagaimana saya tahu kalau ini masalah bagi saya?


Penyakit ini berkaitan erat dengan tidak seimbangnya hormon terutama Estrogen. Efek dari perubahan hormon sering kali menyebabkan wanita mengalami mood swing atau suasana hati yang tak menentu, sehingga mereka mudah marah, sedih, tersinggung, malas, bahkan depresi.

Estrogen merupakan jenis hormon yang sangat berkaitan dengan perubahan suasana hati tersebut. Hal ini karena estrogen juga ikut memengaruhi fungsi otak yang mengontrol emosi dan suasana hati. Perubahan kadar estrogen menjelang haid akan memengaruhi kerja serotonin yaitu senyawa kimia di otak bertugas mengatur emosi dan suasana hati.


Perempuan yang mengidap penyakit ini sebagian besar merasakan nyeri haid yang mengganggu kelangsungan hidup seseorang. Contohnya pada diriku sendiri, sebagai perempuan yang bekerja di ranah publik dituntut untuk "sempurna", dilarang sakit. Padahal tak jarang terpaksa membatalkan janji penting karena kram perut menstruasi yang tidak bisa diprediksi datangnya. Aku jadi ingat video viral cerita endosisters ini, seolah-olah sakit menstruasi sampai seperti itu dianggap lebay. Sesama perempuanpun kurang rasa empatinya. 


Menurut WHO dampak dari endometriosis ini dapat menurunkan kualitas hidup karena sakit parah, kelelahan, depresi, kecemasan, dan infertilitas. Saat ini tidak ada obat yang diketahui untuk endometriosis dan pengobatan biasanya ditujukan untuk mengendalikan gejala. Endometriosis mempengaruhi sekitar 10 persen (190 juta) wanita dan gadis usia reproduksi secara global.




Ketua Program Studi Pendidikan Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa FKKMK UGM, dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ., menjelaskan wanita sebenarnya lebih mampu mengendalikan stres dibandingkan laki-laki. Kemampuan perempuan untuk mengendalikan stres berkaitan dengan tingginya hormon estrogen dalam tubuh yang berfungsi memblokir efek negatif stres di otak.


“Harusnya wanita lebih tahan stres dibandingkan laki-laki, karena laki-laki hormonnya mudah labil sehingga emosinya naik turun. Namun, menariknya wanita yang semestinya stabil secara emosional justru menjadi lebih emosional.”  urai psikiater di RSUP dr. Sardjito ini.


dr. Ronny memaparkan mengapa wanita menjadi lebih rentan secara emosi dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya terkait kesehatan fisik. Secara umum, wanita tidak begitu memperhatikan kondisi tubuhnya. Misalnya jika sakit diabaikan dan akhirnya menumpuk sehingga lebih rentan. Selain itu, wanita mempunyai kecenderungan lebih pemikir dibandingkan laki-laki. Wanita sering memikirkan sesuatu secara berlebihan yang membuatnya rentan mengalami stres.

“Wanita berpikirnya mendalam dalam banyak hal dan ini bisa memicu stres itu sendiri.” imbuhnya.



Bisa disimpulkan dari gambar, problem statement yang diambil dari latar belakang akar masalah yang ada di dalam diri ini sebenarnya tentang mental health. Alhamdulillah tahun lalu sempat mengikuti kelas-nya wholistic goodness, dengan pemateri mbak Vidya Permadiputri. Beliau seorang holistic healing and nutrition practitioner.


Ada satu qoute-nya yang ngena banget, "we experience life through our bodies. If we are not able to articulate our life experience, our bodies speak what our minds and mouths cannot." Joann Peterson. Di kelas ini kita diajak belajar memahami rasa sakit adalah cara tubuh menyampaikan apa yang selama ini butuhkan.


"All pathology begins as an adaptation, rooted in trauma." setelah ditelusuri semua penyakit patologi berawal dari sebuah adaptasi yang akarnya adalah trauma.



Akar masalah pertama saya adalah perubahan terkait kondisi fisik yang membuat wanita kurang percaya diri dan akar masalah ke 2 adalah perempuan selalu dituntut untuk menjadi sempurna dalam berbagai peran. Pastinya dari keduanya tersimpan hal traumatis yang perlu diselesaikan kedepannya agar hidup sehat lahir dan batin.

Ini adalah sebuah perjalanan untuk memaknai ayat Al-Quran diatas, agar belajar ikhlas menerima qada dan qadar yang sudah Allah tuliskan untukku. Bismillah, insyaAllah kita belajar bareng ya teman-teman. Stay Tune!









  • Share:

You Might Also Like

0 Comments